AGRIBISNIS
PERIKANAN
F. Rahardi
Regina Kristiawati
Nazaruddin
PENEBAR SWADAYA
I. PENDAHULUAN
Luas perairan umum di Indonesia saat ini ± 14 juta ha, meliputi 11 95 juta ha sungai dan rawa, 1,78 juta ha danau alam, serta 0,03 juta ha danau buatan. Di perairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Di samping kelebihan alami tersebut, masih banyak potensi-potensi lain yang sangat mendukung usaha bisnis perikanan, antara lain sebagai berikut.
1) Pemerintah telah memberikan kebijakan perkreditan untuk membantu nelayan yang bermodal kecil, sesuai SK Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendalian Bimas No 1/SK Mentan/Bimas/I/1978 tanggal 26 Januari 1987.
2) Untuk menunjang program peningkatan produksi sector perikanan pemerintah telah menyediakan dana sebesar Rp 40.652 milyar pada tahun 1991. Demikian juga, dalam bidang penehtian perikanan yang meliputi pembenihan, hama penyakit, dan pascapanen, pemerintah juga telah menyediakan dana sebesar Rp 25,112 juta.
3) Untuk menunjang pengelolaan perikanan secara modern, khususnya dalam budi daya ikan air payau, sudah banyak tersedia peralatan, seperti salinometer yang berguna untuk mengukur salinitas air payau, alat pengukur pH tanah, dan alat aerasi yang berguna untuk mengisi O2. Alat-alat tersebut sudah banyak tersedia di toko khusus yang menjual peralatan perikanan.
4) Dewasa ini makanan ikan buatan, seperti makanan yang berbentuk tepung, remah, serpihan, ataupun pil, telah banyak diproduksi di Indonesia dan dapat diperoleh dengan mudah sehingga dapat memperlancar usaha budi daya ikan.
5) Departemen Perdagangan RI telah memberikan izin impor untuk empat merk dagang artemia. Tujuannya untuk mencukupi kebutuhan makanan dalam usaha pembenihan udang. Empat merk tersebut : San Francisco Bay, Bio Marine, Great Wall, dan Marine Tripocana. Selain itu, juga telah beredar jenis makanan untuk larva udang yang baru menetas, seperti cyst artemia.
Dilihat dari potensi tersebut, usaha bisnis perikanan di Indonesia menunjukkan masa depan yang sangat baik. Terutama bila dilihat dari data permintaan eksporyang dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Pada periode Januari-September 1987, volume ekspor udang sebesar 32,797 ton dengan nilai ekspor 258.735 US$. Keadaan itu menandakan adanya kenaikan volume sebesar 20,20 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama, yaitu sebesar 27,264 ton, sedangkan nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 56,183 US$. Diperkirakan pada tahun 2000 nanti, prospek pasar udang, terutama di AS, Jepang, dan Eropa Barat, akan semakin cerah dan diharapkan bisa menyerap 80 % produksi udang dunia. Penyebab meningkatnya pangsa pasar udang ini karena kecenderungan konsumsi masyarakat di kawasan itu mulai berubah. Masyarakat lebih suka makanan berkadar lemak rendah.
Keadaan ekspor tuna juga mengalami peningkatan. Ekspor tuna dari bulan September 1986 sampai September 1987 mengalami peningkatan sebesar 49,81%, yaitu dari 14.302 ton menjadi 21.428 ton. Sedang nilai ekspomya meningkat dari 10.753 US$ menjadi 19.315 US$ atau mengalami peningkatan sebesar 79,54 %. Secara urnum ekspor perikanan Indonesia memperoleh 800 juta US$ pada tahun 1990.
Masalah yang timbul sekarang adalah bagaimana caranya untuk memenuhi permintaan dari negara-negara pengimpor yang dari tahun ke tahun semakin meningkat ? Satu-satunya jalan yaitu dengan meningkatkan produksi melalui usaha budi daya, baik itu untuk ikan tambak, laut, maupun tawar serta ikan hias. Usaha ini akan memperbanyak peluang bersaing dibandingkan dengan usaha penangkapan.
Langkah terobosan dan penerapan teknologi dalam masalah budi daya ikan ini juga periu dilakukan untuk meningkatkan produksi. Di samping itu, periu ditingkatkan kerja sama dengan pihak asing untuk industri perikanan terpadu yang meliputi penanganan kegiatan produksi primer, kegiatan pengolahan, dan pemasaran hasil serta segala fasilitas penunjang yang diperlukan.
Usaha meningkatkan produksi tersebut harus cepat dilakukan karena bila teriambat, tidak mustahil, pasaran perikanan dunia akan direbut oleh negara lain, seperti India, Cina, Amerika, dan Thailand.
II. MANAJEMEN BISNIS PERIKANAN
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen
Secara umum, manajemen merupakan cara mengatur satu atau beberapa faktor untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam kehidupan sehari-hari manajemen sangat diperiukan agar tidak terjadi benturan-benturan antara masing-masing faktor yang menyebabkan tujuan tidak tercapai.
Demikian juga dalam bisnis perikanan, manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan lancar dan mendapat hasil seperti yang diharapkan. Manajemen yang berlainan dibutuhkan untuk kegiatan yang berbeda di bidang perikanan ini.
Pada manajemen sendiri terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen. Fungsi-fungsi itu antara lain sebagai berikut.
1. Perencanaan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Di dalam perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan, dan melihat kedepan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu.
2. Pengorganisasian
Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada serta menetapkan dan memerinci hubungan-hubungan yang diperiukan.
3. Pergerakan
Pergerakan merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan antusias.
4. Pengawasan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas agar dapat berjalan sesuai dengan rencana-rencana yang telah ditetapkan.
Semua fungsi-fungsi manajemen di atas terdapat dalam setiap kegiatan manajemen di bidang apa pun. Dalam bisnis perikanan fungsi-nmgsi itu mempunyai wujud yang berbeda tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi serta jenis komoditi yang diusahakan.
B. Aspek-Aspek yang Periu Manajemen
Terdapat tiga aspek utama yang penting diketahui dalam bisnis apa pun, termasuk bisnis perikanan, yang perlu manajemen. Ketiea aspek tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Aspek produksi
Kegiatan manajemen di sini diterapkan pada proses produksi Manajemen produksi mencakup percncanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Di dalamnya terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah, atau panjang. Dengan demikian diharapkan pengusaha dapat berproduksi secara lebih efisien.
2. Aspek pemasaran
Manajemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen. Kegiatan tersebut seperti menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan, dan menentukan strategi pemasaran yang harus dijalankan.
3. Aspek keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Di dalamnya sudah termasuk pula cara mendapatkan dan mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau bisnis.
III. ASPEK PRODUKSI PERIKANAN
Bisnis perikanan, seperti juga bisnis lainnya, perlu menerapkan manajemen produksi. Tujuannya agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Aspek produksi ini mencakup hal-hal mengenai persiapan dan proses produksi.
Bisnis perikanan yang cukup kompleks sifatnya memerlukan pemikiran yang cermat agar terhindar dari risiko yang tidak diharapkan. Untuk lebih jelasnya, pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang menyangkut masalah produksi ini.
A. Persiapan Produksi
Hal-hal yang harus menjadi perhatian dalam persiapan produksi perikanan ini meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.
1. Perencanaan produk
Jenis ikan apa yang hendak diproduksi ? Apakah jenis ikan itu disukai masyarakat dan mempunyai pasaran yang baik ? Mengapa dipilih jenis ini, bukan yang lain ? Apakah jenis itu sesuai dengan lahan yang tersedia ? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini perlu dipikirkan sebelum mengambil keputusan.
Di pasaran dapat dilihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Oleh karenanya, dapat dipilih satu atau beberapa jenis ikan saja, tidak perlu semuanya. Untuk memilih jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) itu.
Faktor-faktor yang diperlukan dalam memilih jenis produk antara lain kegunaan, jumlah permintaan pasar, kemungkinan pengembangan, potensi penjualan, persaingan, distribusi, faktor budi daya, dan umur panen. Gabungan faktor-faktor ini dapat menunjukkan profil ikan yang sesungguhnya. Kelemahan atau kekuatan yang akan timbul bila memproduksi ikan itu akan kelihatan.
Selama ini telah ada beberapa jenis ikan yang umum dijumpai di pasar lokal. Jenis tersebut antara lain sebagai berikut.
Akhir-akhir ini beberapa komoditi telah memasuki pasaran ekspor, seperti udang, tongkol, tuna, cakalang, tenggiri, kurau, kepiting, betutu, kerapu, bekicot, dan mutiara. Sedangkan dari jenis ikan hias yang diekspor antara lain discus, botia, oranda, zebra, dan platy.
Jenis Ikan konsumsi Tongkol Selar
Tenggiri Kembung
Banding Udang
Cumi Kakap
Ikan mas Gurame
Lele Kerang
Jenis Ikan Hias Air Tawar Platy Cupang
Manvis Mas koki
Black molly
Jenis Ikan Hias Air Laut Kepe Monalisa
Balong Kakatua
dokter apolio
2. Perencanaan lokasi usaha
Lokasi yang tepat akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi juga dipertimbangkan hal-hal yang berdampak positif/negatif atau faktor-faktor yang berpengaruh. Selain itu, juga periu dilihat prospek lokasi itu pada masa yang akan datang. Pilihan lokasi yang ditetapkan hendaknya yang mempunyai harapan keuntungan yang terbesar atau yang mempunyai potensi tinggi.
Perencanaan lokasi hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak merugikan usaha yang telah dirintis. Sebagai bahan pertimbangan, dalam penentuan lokasi perlu ditinjau aspek-aspek seperti berikut.
a. Aspek teknis-ekonomis
Berdasarkan aspek teknis ekonomis ada beberapa hal yang perlu dilihat dari lokasi usaha yang direncanakan.
o Biaya transportasi. Ini menyangkut transportasi dari pusat produksi dengan lokasi sumber bahan produksi ataupun lokasi dengan pasar.
o Sarana jalan. Sarana jalan tak kalah penting sebab bisa menaikkan biaya pemasaran atau biaya pengangkutan yang berarti penambahan biaya operasional. Tak jarang suatu lokasi harus dibuatkan sarana jalannya terlebih dahulu karena lokasi itu sangat sulit untuk dicapai.
o Tenaga kerja. Pertimbangkan pula ketersediaan tenaga kerja di sekitar lokasi dan besar upahnya.
o Sewa tanah. Perlu dicari lokasi yang memiliki harga atau sewa tanah yang ringan. Ini untuk menjaga adanya kemungkinan pengembangan usaha.
o Sarana listrik dan irigasi. Ada tidaknya listrik dan irigasi juga mempengaruhi jalannya produksi.
b. Aspek iklim
Aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budi daya perikanan. Apalagi umumnya bisnis perikanan sangat tergantung pada faktor-faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air, bila curah hujannya sedikit, tentunya daerah itu kurang ideal bagi suatu usaha perikanan. Demikian juga, sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu harian siang dan malam serta suhu rata-rata harian. Oleh karena itu, hendaknya ikiim pada suatu daerah sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan.
c. Aspek agronomis
Dalam aspek agronomis mencakup beberapa hal, antara lain topografi, lokasi, jenis, dan kondisi tanah serta jenis perairan yang ada di lokasi.
Kadar salinitas lahan ikut mempengaruhi jenis ikan. Misalnya, pada tambak. Tambak yang terietak jauh dari pantai dan dekat ke sungai akan mempunyai salinitas rendah. Sedangkan tambak yang dekat dengan pantai dan sungai mempunyai salinitas sedang. Kedua tambak tersebut cocok untuk memelihara ikan bandeng atau udang karena pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah dipupuk. Bila menggunakan tambak yang dekat sekali dengan pantai, kadar salinitasnya tinggi dan pengeringan aimya juga sulit sehingga tidak cocok untuk usaha bandeng dan udang.
Topografi walaupun tampaknya sepele, tetapi harus diperhatikan karena perkembangan ikan akan terganggu bila topografi tidak sesuai. Misalnya, ikan akan kekurangan nafsu makan bila hidup di dataran tinggi (suhu terlalu dingin).
Dalam memilih lokasi penting sekali diperhatikan factor pencemaran. Perlu diperhatikan ada tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar akan mengganggu pertumbuhan ikan, walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain itu, kandungan limbah yang terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang memakannya.
Selain mempertimbangkan ketiga aspek di atas, perlu juga melihat aspek lingkungan dan sosial budaya masyarakat di sekitar lokasi dan kebijaksanaan pengembangan dari pemerintah. Misalnya, apakah ada dukungan masyarakat sekitar bila membuka usaha perikanan di tempat Itu ? Bagaimana orientasi masyarakat terhadap bisnis ? Apakah kemungkinan terjadi kompetisi dengan pengusaha setempat ?.
3. Perencanaan standar produksi
Pengusaha yang berpikiran maju tidak hanya sekadar mementingkan jumlah produksi saja, tetapi juga menguiamakan kualitas produksinya. Hal ini sangat berperan dalam menentukan segmen pasar. Bila suatu produk dilempar ke pasaran maka produk dengan kualitas terbaik yang akan lebih banyak diminta. Dengan demikian, secara otomatis harganya juga akan lebih baik.
Bila kita merencanakan usaha untuk jangka waktu yang lama dan tak terbatas, usaha menjaga kualitas produk merupakan langkah yang harus selalu dipertahankan. Hal itu penting untuk menjaga penilaian mutu dari konsumen.
Usaha yang berorientasi ke pasaran luar negeri atau ekspor lebih teliti lagi dengan kualitas produk. Negara yang dituju atau importer biasanya telah menentukan standar produksi sehingga hanya produk yang memenuhi persyaratan saja yang diterima.
Usaha untuk menghasilkan produk perikanan yang sesuai standar yang diharapkan memang tidak mudah. Namun, dengan imbalan yang jauh lebih baik dibanding harga biasa tentunya usaha kita tidak sia-sia.
4. Pengadaan tenaga kerja
Bisnis perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan. Secara mudahnya dapat dibagi menjadi bidang budi daya dan administrasi. Kedua bidang ini terdiri dari bermacam-macam pekerjaan, dari yang sederhana sampai yang rumit. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan semua pekerjaan itu.
Banyaknya tenaga kerja yang diperiukan perlu diperkirakan dengan besarnya usaha yang akan dijalankan. Usaha-usaha perikanan yang besar, seperti tambak, membutuhkan tenaga kerja kasar, pengawas, administrasi, keamanan, tenaga teknis peralatan, ahli udang, dan lain-lain. Sedangkan usaha dalam luasan kecil tentunya tidak memerlukan kesemua itu, cukup dengan beberapa tenaga kerja kasar saja.
Besarnya upah yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Makin besar tanggung jawab pekerjaan, makin tinggi upah yang diberikan. Pekerjaan yang menuntut keahlian atau pengetahuan tinggi, tentu lebih mahal dibandingkan tenaga harian. Umumnya jenjang pendidikan juga berpengaruh terhadap besamya upah. Selain itu, lokasi usaha juga turut menentukan tingkat upah. Oleh karenanya, ada kecenderungan pengusaha dari kota besar atau dari luar negeri memilih lokasi di daerah pelosok agar biaya tenaga kerjanya lebih murah. Dengan demikian, biaya produksi bisa ditekan.
B. Pengendalian Produksi Perikanan
Aspek produksi perikanan meliputi jenis ikan, sifat komoditi perikanan, agroklimat, budi daya, dan pascapanen. Masing-masing aspek tersebut akan dibicarakan di bawah ini.
1. Jenis ikan
Pada dasarnya, ikan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu ikan air laut, ikan air tawar, dan ikan air payau/tambak. Karena jenis ikan yang hidup di air laut dan air tawar sangat banyak maka dapat dibedakan antara golongan ikan yang dapat dikonsumsi dan golongan ikan yang termasuk dalam ikan hias. Khusus untuk ikan yang hidup di air payau hanya terdiri dari golongan ikan yang dikonsumsi saja. Jenis-jenis komoditi ikan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.
TABEL 1. JENIS IKAN DI INDONESIA
Habitat Jenis Ikan Konsumsi Jenis Ikan Hias
Laut tuna cakalang
tongkol
tenggiri
kembung
selenceng
besawan
tuna mata besa
bluefin
kakap
belanak
kerapu
beronang anularis belusetun
bajulan
bayeman hijau
betmen
bendera
blue devil
cantik jelita
dokter biasa
injel hitam
keling tanduk
napoleon
piso-piso
sembilang karan
skorpions
tiger brown
Tawar sidat belut
gurame
lele
ikan mas
nila merah
tawes
karper
nilem
tambakan
sepat siam
mujair gabus
toman
betok
jambal
jelawat
juara arulius botia
diskus
ekor sikat
guppy
kaisar
lele putih
mas koki
neon tetra
oskar
plati koral
rainbow sepat biru
sepat mutiara
Sumatra
severum
tetra merah
zebra
Payau udang galah udang windu
bandeng
belanak
Selain jenis-jenis ikan di atas, masih ada komoditi non-ikan yang masih termasuk dalam bidang perikanan. Jenis-jenis tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Golongan kerang, seperti :
o kapak (Pinna bicolor)
o kimah (Tridocna squamosa)
o kipas-kipas (Amustum pleuronectes)
o tiram tembakau (Spondylus ducalis)
o tiram (pstrea)
o cocor bebek (Brachiodontes bilocularis)
o kerang enak (Cardium unedo)
o kerang mutiara (Pinctada margarifera)
2) Golongan kepiting, misalnya :
o rajungan hijau
o rajungan batik
o rajungan angin
o rajungan karang
o kepiting (Scylla serrata)
3) Golongan teripang, seperti :
o teripang ular mata
o teripang hitam
o teripang pasir atau kapur
o teripang merah
o teripang raja
o teripang batu
4) Ubur-ubur
5) Cumi-cumi
6) Keong
2. Sifat komoditi
Bagi pengusaha yang terjun dalam dunia perikanan atau para investor yang menginveskan modalnya untuk usaha perikanan perlu mengetahui sifat komoditi ikan. Mengapa hal ini penting buat mereka ? Ini penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa tiap businessman pasti mengharapkan untung dalam usahanya. Dengan mengetahui sifat ikan, budi daya dan pascapanennya dapat dilakukan sebaik-baiknya sehingga tidak banyak menemui kesulitan dan tidak menderita kerugian.
Sifat-sifat komoditi perikanan tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Tidak tergantung musim
Berbeda dengan budi daya tanaman, misalnya sayuran, dalam budi daya ikan tidak memperhatikan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat dilakukan pembenihan asal syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi, seperti kolam, air, dan makanan. Demikian juga dengan saat panen tidak dipengaruhi oleh musim hujan atau kemarau. Pemanenan dilakukan bila ukuran ikan telah mencapai seperti apa yang diinginkan.
b. Dipengaruhi jarak lokasi usaha ke konsumen
Jauh dekatnya lokasi usaha dengan konsumen sangat mempengaruhi harga komoditi ikan. Semakin jauh jarak tersebut, semakin mahal harga ikan di tangan konsumen. Hal itu disebabkan ada biaya tambahan untuk transportasi. Juga, ada biaya tambahan lagi untuk mempertahankan kesegaran ikan sampai di tangan konsumen, kecuali untuk ikan yang sudah diawetkan.
c. Mudah rusak
Tubuh ikan mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta mempunyai pH tubuh mendekati netral sehingga bisa dijadikan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikroorganisme. Karena kondisi yang demikian, ikan termasuk komoditi yang mudah rusak. Di samping itu, daging ikan mempunyai sedikit tenunan pengikat tendon sehingga sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis. Akibatnya, daging menjadi sangat lunak. Juga, adanya proses oksidasi pada lemak tubuh ikan oleh O2, dari udara mempercepat pembusukan ikan. Kebusukan ikan ditandai dengan adanya bau busuk, daging menjadi kaku, sorot mata ikan pudar, serta adanya lendir pada insang maupun tubuh bagian luar. Dengan demikian,proses pembusukan pada daging ikan lebih cepat dibandingkan dengan pembusukan pada produk temak atau hewan darat lain.
d. Risiko tinggi
Karena sifat ikan yang mudah rusak tersebut maka apabila dalam pemasarannya tidak cepat sampai ke tangan konsumen, akan menyebabkan risiko yang tinggi bagi pengusaha ikan. Harga ikan bisa turun dan dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan dan pengawetan yang tepat untuk mempertahankan kesegarannya.
e. Perputaran modal cepat
Umumnya waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan sampai ke masa panen tidak terlalu lama. Hal ini tergantung jenis ikan yang dibudidayakan. Misalnya, untuk ikan mas hanya membutuhkan waktu 3 - 4 bulan. Ini berarti biaya produksi yang telah dikeluarkan selama membudidayakan ikan tersebut bias tertutup dengan keuntungan hasil penjualan panen setelah 3 - 4 bulan berikutnya. Dengan demikian, perputaran modalnya termasuk cepat, dalam setahun bisa mencapai 2 - 3 kali. Bahkan bagi orang-orang yang hanya mengusahakan benihnya saja, dalam waktu 1 - 2 bulan modal bisa kembali.
3. Agroklimat
Berdasarkan habitatnya, ikan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu ikan perikanan darat dan perikanan laut.
a. Perikanan darat
Ikan golongan ini merupakan ikan yang ditangkap dan dipelihara di dalam batas garis pantai (garis surut terendah air laut). Perikanan darat ini meliputi perikanan air payau atau tambak dan perikanan air tawar yang terdiri dari kolam, sawah, danau, rawa, dan sungai.
1) Perikanan air payau atau tambak
Tambak merupakan suatu bangunan berupa kolam di daerah pantai yang dapat dimanfaatkan untuk budi daya biota laut yang berpotensi ekonomi. Sumber air pada tambak merupakan campuran dari air asin (laut) dan air tawar. Oleh karena itu, kadar garamnya jauh lebih rendah dari air laut dan jenis aimya mempunyai sifat kimia dan fisika yang sangat berbeda dengan air asin dan air tawar. Lokasi tambak yang baik terletak di daerah pantai atau tempat yang masih dipengaruhi oleh lingkungan pantai agar mudah untuk mendapatkan air laut dan air tawar.
Tambak tambak tradisional banyak memanfaatkan pasang surut air laut untuk memasukkan air payau ke dalamnya. Banyaknya air laut yang dapat masuk ke dalam tambak sangat tergantung dari perbedaan tinggi permukaan air laut pada saat air pasang tertinggi dan surut terendah. Perbedaan tinggi pasang surut yang baik untuk kehidupan ikan tambak sekitar 1,5 - 2,5 m.
Ikan dalam tambak dapat hidup dengan baik bila syarat-syarat lingkungan yang sesuai dengan kondisi hidupnya dapat terpenuhi. Syarat-syarat lingkungan tersebut meliputi kondisi tanah tambak serta jumlah dan mutu air yang terdapat dalam tambak.
Untuk mengusahakan perikanan semacam ini, diperlukan suatu teknik dan ilmu tersendiri yang banyak berhubungan dengan kondisi hidrografi setempat, seperti pasang surut, kadar garam, suhu, musim, dan kondisi arus serta gelombang di daerah tersebut. Selain itu, jenis pantai, perubahan garis pantai, dan sungai serta kondisi lingkungan baik secara makro maupun mikro periu dikaji secara seksama karena hal ini amat berkaitan dengan kepentingan ekonomi setempat. Juga, banyak kendala yang perlu diperhatikan agar diperoleh tambak yang siap pakai dan berdaya guna.
Mutu tanah tambak yang berasal dari endapan lumpur pantai adalah sebagai berikut.
fraksi ke 5 (besar butir > 2 mm)...................................................................................... 0%
fraksi ke 4 (besar butir 2 - 0,1 mm.................................................................................. 2%
fraksi ke 3 (besar butir 0,1 - 0,05 mm) ........................................................................... 5%
fraksi ke 2 (besar butir 0,05 - 0,01 mm) ......................................................................... 30%
fraksi ke 1 (besar butir 0,01 mm)..................................................................................... 63%
kandungan air.................................................................................................................. 45,5%
daya kembang (swelling).................................................................................................. 9 %
kelembapan...................................................................................................................... 27 %
Komposisi mineral tanah pantai tersebut :
mineral bulat/pipih ........................................................................................................... 95 %
kuarsa .............................................................................................................................. 1,5%
amfibol.............................................................................................................................. 0,5%
mineral yang lain............................................................................................................. Jarang
Mutu air tambak juga berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup hewan-hewan air yang terdapat dalam tambak tersebut. Untuk itu, mutu air dalam tambak hams memenuhi criteria mutu air yang sesuai dengan kehidupan jenis ikannya. Contoh kriteria mutu air tambak untuk budi daya udang dapat dilihat pada Tabel 2.
TABEL 2. KRITERIA MUTU AIR TAMBAK UNTUK BUDI DAYA UDANG
Parameter Kriteria
Fisika 1. warna
2. Kekeruhan
3. suhu
4. Bau Kehijauan
Jernih (sedikit partikel organic)
200 – 300C
Tidak berbau bahan pencemar
Kimia 1. pH
2. Kadar garam :
Udang windu
Udang putih
3. O2 terlarut
4. CO2
5. H2S2
6. Nitrat
7. Nitrit
8. Amoniak 7 – 8
10 – 25 %
20 – 30 %
3 – 6 mg/l atau ppm
-
0,1 mg/l
200 mg NO3 – N/l
26 mg NO2 – N/l
0,1 mg NH3/l
Biologis Kandungan plankton ± 5 juta sel/l
Sumber : Alfandi dan Purnomo, 1984, dalam Adrim M. dkk, 1988
Selain kriteria-kriteria di atas, periu diperhatikan juga mengenai pengaruh lingkungan atau pencemaran. Usahakan menggunakan air tambak yang tidak tercemar oleh bahan-bahan pencemar demi kelangsungan hidup ikan dalam tambak tersebut.
2) Perikanan air tawar
Keberhasilan usaha perikanan air tawar banyak ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut antara lain tanah dan air.
a) Tanah
Jenis tanah liat atau lempung sangat baik untuk pembuatan kolam. Jenis tanah lain yang dapat dipakai : tanah beranjangan atau terapan dengan kandungan liat sekitar 30 %. Kedua jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang yang kuat dan kokoh.
Kemiringan tanah yang dianggap baik untuk lokasi kolam berkisar antara 3 – 5 %. Ini berarti dalam setiap 100 meter panjang pekarangan, perbedaan tingginya sekitar 3 - 5 m. Untuk mencari lokasi kolam dengan kemiringan tersebut sangat sulit sehingga kemiringan tanah 1% masih dianggap baik dan cocok untuk dibuat kolam.
b) Air
Sumber air bisa berasal dari air sungai, air hujan, atau air tanah. Air ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Debit air minimum untuk suatu unit kolam seluas 1 ha adalah 10 - 15 l/detik.
Mutu air juga harus diperhitungkan. Mutu air yang memenuhi syarat sebagai media hidup ikan yaitu sebagai berikut.
o O2 yang terlarut dalam air dan dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang ikan dalam kolam 5 - 6 ppm.
o CO2 yang terlarut dalam air kurang dari 25 ppm.
o Kisaran pH air antara 6,7 - 8,6.
o Suhu air berkisar 25 - 30°C. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 5°C.
o Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan karena endapan lumpumya terlalu tebal dan pekat sehingga dapat menggangu penglihatan ikan dalam air dan menyebabkan nafsu makan ikan berkurang.
o Air tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun dan minyak atau limbah pabrik.
o Semakin banyak dan beragam biota air yang terdapat dalam perairan berarti semakin tinggi tingkat kesuburannya.
b. Perikanan laut
Untuk membudidayakan ikan laut, pengetahuan mengenai criteria air laut yang cocok untuk kehidupan ikan laut sangat diperlukan. Kriteria air laut untuk budi daya biota laut dapat dilihat pada Tabel 3.
TABEL 3. KRITERIA AIR LAUT UNTUK BUDI DAYA BIOTA LAUT
Parameter Kriteria
Fisika :
1. Suhu
2. Warna
3. Bau
4. kecerahan
5. kekeruhan
± 2oC variasi alami
< 50 color unit
Alami
Alami
< 30 JTU
Kimia :
1. pH
2. kadar garam
3. daya hantar listrik
4. O2 terlarut
5. CO2 terlarut
6. nilai permanganate
7. N-NH3
8. P-PO4
9. N-NO2
10. H2S
11. Sianida
12. senyawa fenol
13. minyak bumi
14. pestisida
o Aldrin
o DDT
o Dieldrin
15. Logam
o Hg
o Pb
o Cu
6,5 – 8,5
18 – 32 %
± 10 % variasi alami
< 6 mg/l
< 11 mg/l
< 9,0 mg/l
< 0,30 mg/l
Luwes
Luwes
< 0,01 mg/l
< 0,01 mg/l
< 0,02 mg/l
< 2 mg/l
< 0,01 mg/l
< 0.02 mg/l
< 0,05 mg/l
< 0,003 mg/l
< 0,01 mg/l
0,01 mg/l
Biologi :
Escherecia coli
< 1000
C. Budi Daya Perikanan
Pengertian budi daya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan piaraan. Sedangkan dalam pengertian luas, semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam atau yang sudah dibuatkan tempat tersendiri, dengan adanya campur tangan manusia. Jadi, pengertian budi daya tidak hanya memelihara ikan di kolam, tambak, empang, akuarium, sawah, dan sebagainya. Namun, secara luas pengertian ini mencakup juga kegiatan mengusahakan komoditi perikanan di danau, sungai, waduk, atau laut.
Tujuan budi daya perikanan yaitu untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih baik atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, periu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budi daya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain :
o penyediaan benih,
o pembuatan tempat pemeliharaan,
o pengairan,
o pakan/pemupukan, serta
o pengendalian hama dan penyakit.
1. Penyediaan benih
Benih yang baik sangat penting untuk memperoleh produksi yang tinggi. Benih tersebut hams sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah memenuhi syarat, dan sehat serta persentase kematiannya rendah. Bila mendatangkan benih dari tempat yang jauh, usahakan jangan sampai benih mati akibat cara pengangkutan yang buruk.
2. Pembuatan tempat pemeliharaan
Bentuk tempat pemeliharaan tidak menjadi soal, bisa kolam, empang, tambak, karamba, tong, atau bahkan drum. Yang perlu diperhatikan yaitu ukuran tempat tersebut. Luas tempat yang disediakan untuk membesarkan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebarkan. Jangan sampai tempat itu terialu sesak oleh ikan atau tempatnya terialu besar sehingga menghabiskan biaya.
Sifat-sifat ikan periu dipelajari dahulu sebelum membangun tempat pemeliharaannya karena keduanya sangat berkaitan. Misalnya, ada ikan yang suka merusak pematang, ada yang senang bertelur di dasar kolam, dan ada yang membutuhkan tempat berlindung atau bersembunyi. Ikan yang suka merusak pematang periu dibuatkan kolam yang pennanen (disemen). Ikan yang membutuhkan keteduhan perlu diberi tanaman air, habitat air ini penting agar ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Lingkungan di sekitar tempat pemeliharaan periu diperhatikan. Bersihkan lingkungan sekitar lokasi dan semak belukar atau rumput-rumputan, jangan sampai ada pemangsa, seperti ular atau linsang, yang bersarang.
Jika merencanakan menggabung beberapa jenis ikan dalam satu kolam (polikultur), periu diperhatikan kehidupan ikan tersebut, Jangan sampai ada yang terganggu. Ikan yang suka memangsa Jenis ikan lainnya tentu saja tidak dianjurkan untuk digabung. Ikan yang kurang lincah dalam berebut makanan sedapat mungkin tidak dicampur dengan ikan yang rakus.
Untuk jenis ikan tertentu, seperti lele dan ikan mas, memerlukan beberapa jenis kolam dengan kegunaaan yang beriainan. Kolam tersebut antara lain kolam pemijahan, kolam penetasan telur, kolam pendederan, kolam penyimpanan induk, kolam pemberokan, dan kolam pembesaran. Biasanya ukuran kolam pembesaran jauh lebih besar dari ukuran koiam yang iain. Kolam-kolam tersebut dibangun secara terpisah.
Kolam pemeliharaan harus dibuat secara terencana agar
Dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama
Perencanaan yang matang mengenai pembangunan tempat pemeliharaan sangatlah penting. Untuk jangka waktu yang cukup lama tempat pemeliharaan merupakan asset yang berharga untuk berproduksi.
3. Pengairan
Tanpa air, mustahil usaha perikanan bisa berhasil. Air merupakan hal yang vital bagi kehidupan ikan. Oleh karena itu, sumber air perlu dijaga walaupun berada di luar wilayah pemeliharaan. Kebersihan air dan debit yang cukup, penting untuk kelancaran pemeliharaan. Bila musim hujan atau banjir, usahakan jangan sampai kolam menjadi tergenang sehingga tkan hilang atau hanyut terbawa air. Sedangkan pada musim kemarau, penambahan air perlu dilakukan agar kolam tidak kekeringan.
Pintu saluran air perlu selalu diperiksa. Ini penting untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air. Juga, jangan sampai air keruh serta lumpur yang pekat masuk ke dalam kolam. Air yang keruh karena banyak mengandung lumpur bisa mengurangi nafsu makan ikan. Lain halnya bila air agak keruh karena dipenuhi ganggang atau plankton. Sebagai sumber makanan bagi ikan, ganggang atau plankton ini perlu dipelihara.
4. Pakan dan pemupukan
Peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan yang diberikan hanya seadanya maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit. Contohnya, petani ikan tradisional yang memberi makan ikan dengan bahan seadanya saja, produksi ikannya kecil-kecil. Berbeda dengan pengusaha ikan mas yang menggunakan teknik kolam air deras, ikan-ikannya besar dan gemuk. Rahasianya terletak pada usaha merangsang nafsu makan ikan dan pemberian pakan yang cukup. Ikan yang ditaruh di air deras akan lincah bergerak sehingga akan selalu lapar dan bersemangat mencaplok pakan yang diberikan.
Kandungan gizi pakan lebih berperan dibanding jumlah yang diberikan. Bila ikan sudah kenyang, pakan yang diberikan akan dibiarkan saja tanpa disentuh lagi. Oleh karena itu, usahakan pada pakan sudah terkandung zat-zat makanan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pakan buatan sendiri atau buatan pabrik tidaklah menjadi soal.
Protein, lemak, dan karbohidrat penting terdapat dalam pakan ikan. Protein dan lemak mutlak diperlukan oleh ikan. Karbohidrat diperlukan dalam jumlah yang berbeda tergantung jenis ikannya. Karbohidrat dibutuhkan hanya 9 % saja dari total makanan ikan buas (karnivora), 18,6 % dari total makanan ikan pemakan campuran (omnivora), dan sekitar 61 % dari total makanan ikan pemakan tumbuhan (herbivora).
Dewasa ini, di pasaran tersedia banyak sekali jenis-jenis pakan untuk ikan. Ini memudahkan dalam memilih pakan yang sesuai dengan jenis ikan yang dipelihara.
Pakan dalam bentuk larutan cocok untuk burayak (anak) ikan dan udang yang masih kecil, baru berumur sekitar 3 - 20 hari. Benih yang lebih besar dengan umur 20 - 40 hari lebih pas bila diberi pakan berbentuk tepung halus. Bila umumya mencapai 40 - 80 hari pakannya berbentuk tepung kasar. Sedang ikan yang sudah berukuran tanggung, berumur 80 - 120 hari, dapat diberi remah-remah. Ikan yang besar, lebih dari 120 hari, dapat diberi pakan berbentuk pellet. Ada juga pakan berbentuk lembaran yang cocok untuk kita berikan pada ikan-ikan yang suka menyambar makanan, seperti jenis-jenis ikan hias.
Bila hendak membuat pakan sendiri, perhatikanlah bahan-bahan yang akan digunakan. Bahan pakan yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Syarat itu antara lain nilai gizinya harus tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, dan tidak beracun. Akan lebih baik bila harga bahan itu murah serta bukan merupakan makanan pokok manusia sehingga tidak mengganggu persediaan kebutuhan pokok.
Bahan untuk pakan bisa berupa bahan nabati, seperti kacang-kacangan, dedak, biji kapuk, dan daun-daunan (turi, ketela pohon, lamtoro, dan lain-lain). Ada juga yang berupa bahan hewani, seperti tepung ikan, kepala udang, tulang, dan tepung darah. Bahan tambahan diperlukan juga, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Bahan tambahan yang biasa digunakan antara lain vitamin, garam dapur, dan bahan perekat (seperti tepung kanji dan agar-agar). Juga, sering ditambahkan anti-oksidan dan ragi.
Di dalam air tambak, kolam, atau sungai biasanya terdapat pakan alami bagi ikan. Pakan alami itu bisa berupa plankton, ganggang, atau tumbuhan air lainnya. Selain itu, sering dijumpai hewan-hewan kecil yang disukai ikan, seperti cacing, siput, remis, ataupun jentik-jentik.
Untuk mendorong pertumbuhan pakan alami dapat dilakukan pemupukan. Caranya dengan menggemburkan tanah tambak atau kolam, kemudian digaru dan diberi pupuk. Pupuk yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah gabungan dari pupuk buatan dan pupuk alam. Pupuk alam yang dipakai umumnya kotoran sapi, kambing, kerbau, ayam, serta pupuk hijau atau kompos. Pupuk buatan yang diberikan umumnya hanya urea dan TSP. KCl jarang diberikan karena pengaruh kalium kurang diperiukan untuk kolam.
5. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang banyak mengganggu di bidang perikanan antara lain bermacam-macam ikan buas/liar, kepiting, burung, ular, dan linsang. Hewan-hewan ini ada yang menjadi pemangsa, ada juga yang menjadi saingan ikan yang dipelihara karena hidup secara liar di dalam kolam, serta ada juga yang merusak pematang dan pintu air.
Untuk membasmi hama yang hidup di air, dapat digunakan bahan beracun organik, seperti tepung biji teh yang mengandung racun saponin, akar tuba yang mengandung racun rotenon, atau tembakau yang mengandung racun nikotin.
Bahan kimia beracun atau pestisida tidak dianjurkan untuk membasmi hama karena mempunyai daya tahan di dalam kolam atau tambak. Dalam jangka waktu yang cukup lama bahan ini tetap tinggal sebagai residu beracun di dalam kolam. Residu beracun ini berbahaya bagi ikan yang dipelihara, para pekerja, dan konsumen ikan.
Hama yang merusak pematang, seperti kepiting atau ketam, diberantas dengan karbid atau abu sekam. Burung diusir dengan keprak atau dihalangi dengan jaring yang dipasang di atas kolam. Hama yang memangsa ikan, seperti ular, dicegah dengan pemasangan pagar kawat.
Selain hama, beberapa penyakit juga sering menyerang ikan. Penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh protozoa, bakteri, cendawan, atau virus. Untuk mengobati penyakit itu digunakan obat- obatan atau bahan kimia yang berdosis rendah dan tidak meninggalkan residu beracun. Contohnya, Malachit Green, garam dapur, kapur, KMnO4, NH4OH, CaO, Lysol, dan Formalin.
Hal yang penting untuk pengendalian hama dan penyakit ini yaitu perawatan dan pemeliharaan kesehatan air serta kebersihan lingkungan di sekitar kolam.
6. Pengaturan budi daya secara rutin dan non-rutin
a. Budi daya perikanan secara rutin
Ikan dapat dibudidayakan secara rutin. Artinya, diusahakan ikan dapat dipanen atau dipasarkan secara periodik, bisa per hari, per minggu, per bulan, atau berdasar pcriode waktu yang diinginkan.
Jenis komoditi perikanan yang dapat dibudidayakan secara rutin cukup banyak. Namun, sangat penting untuk menyesuaikan jenis yang dipilih dengan kebutuhan pasar. Juga, jumlah produksi perlu ditentukan sesuai dengan jumlah kebutuhan pasar.
Untuk lebih jelasnya mengenai budi daya rutin, di bawah ini diberikan contoh budi daya lele dumbo (Glorias gariepinus).
Ada permintaan pasar untuk lele dumbo sebanyak 3 ton tiap dua minggu. Bila berat rata-rata seekor ikan lele dumbo 0,5 kg maka 3 ton terdiri dari 6.000 ekor. Untuk itu, kebutuhan akan lahan, benih, pupuk, pakan, dan tenaga kerja periu dihitung secara cermat (lihat uraian berikut).
1) Kebutuhan lahan
Jika padat penebaran rata-rata per m2 terdiri dari 40 ekor lele dumbo maka luas bak kolam yang dibutuhkan setiap kali pembesaran sekitar 150 m2. Setiap kolam biasanya membutuhkan saluran pemasukan/pembuangan air, bendungan, pematang, kolam penyimpanan bibit, dan lain-lain. Untuk keperluan ini, dibutuhkan sekitar 30 % luas kolam sehingga luas lahan efektif sekitar 70 %. Jadi, lahan yang dibutuhkan untuk sekali pembesaran lele sekitar 195 m2.
Karena umur panen lele dumbo rata-rata 6 bulan maka agar dapat memanen lele dumbo secara rutin setiap 2 minggu sekali, dibutuhkan 13 petak lahan. Dengan demikian, adanya 13 petak lahan berarti membutuhkan lahan seluas 2.535 m2.
Mula-mula kolam kesatu ditebar benih ikan terlebih dahulu. Kemudian kolam kedua ditebar benih 2 minggu berikutnya. Selanjutnya kolam ketiga ditebar benih 2 minggu berikutnya lagi. Demikian seterusnya setiap kolam ditebar benih dengan selang waktu 2 minggu. Sehingga pada saat menebar benih pada kolam ketiga belas atau terakhir, lele dumbo di kolam kesatu telah siap dipanen karena umumya telah mencapai 6 bulan. Dua minggu berikutnya dilakukan panen lagi di kolam kedua sambil menebar benih di kolam kesatu. Pekeriaan menebar dan memanen ini dilakukan seterusnya.
2) Kebutuhan benih
Setiap 2 minggu sekali diharapkan panen sebanyak 6.000 ekor ikan lele dumbo sehingga diperlukan benih, yang beratnya ± 5 g atau panjangnya 8 - 10 cm, sebanyak 6.000 ekor. Cadangan benih perlu juga disiapkan, sebanyak 20 % dari jumlah benih. Jadi, jumlah benih keseluruhan yang perlu disiapkan sekitar 7.200 ekor.
Kolam sebanyak 13 buah membutuhkan benih sebanyak 93.600 ekor. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kebutuhan benih tidak sekaligus, cukup 7.200 ekor benih setiap 2 minggu.
3) Kebutuhan pupuk
Untuk merangsang pertumbuhan pakan alami diberikan pupuk kandang dan pupuk buatan. Banyaknya sebagai berikut.
Pupuk kandang : 500 g per m2, berarti 75 kg per kolam
Urea : 15 g per m2, berarti 2,25 kg per kolam
TSP : 20 g per m2, berarti 3 kg per kolam
Untuk memberantas hama dan penyakit serta untuk memperbaiki pH tanah dan air, kolam perlu diberi kapur.
Kapur : 75 g per m2, berarti 7,5 kg per kolam
Pemberian pupuk dan kapur ini biasanya dilakukan sebelum kolam ditebari benih.
Jumlah petak pagar panen rutin tiap 2 minggu
4) Kebutuhan pakan
Selain mendapat makanan alami dari dalam kolam, lele diberi pakan tambahan. Pakan lele biasanya bempa pellet, cacing, ampas tahu, ampas kelapa, dedak, dan cincangan bekicot. Jumlah pakan tambahan tersebut sekitar 3 - 5 % dari total berat ikan di dalam kolam setiap hari. Misalnya, berat ikan rata-rata 50 g berarti berat per kolam 360 kg sehingga jumlah pakan yang diberikan sekitar 10,8 - 18 kg per kolam per hari. Bila berat ikan rata-rata sudah 200 g berarti berat per kolam 1.440 kg sehingga jumlah pakan yang diberikan sekitar 43,2 - 72 kg per kolam per hari.
5) Kebutuhan tenaga kerja
Setiap luasan 500 m2 dibutuhkan satu orang tenaga kerja untuk perawatan dan pemeliharaan. Berarti untuk keseluruhan lahan seluas 2.535 m2 diperlukan 5 orang tenaga kerja.
Panen dapat juga tidak dilakukan dua minggu satu petak sekaligus. Dari 6.000 ekor ikan setiap petak bisa saja diambil 200 ekor setiap hari atau diambil beberapa ratus tiap tiga hari sekali. Dapat juga menjual beberapa ribu ekor setiap minggu sekali. Jadi, panen dapat saja dilakukan sesuai dengan keinginan dan ikan yang lain dibiarkan tetap di kolam.
Budi daya secara rutin seperti contoh di atas memang fleksibel. Bila ingin panen lele yang tidak terlalu besar misalnya, bisa saja melakukan panen pada umur 3 bulan, tergantung kebutuhan. Jadi, tidak perlu menunggu sampai waktu 6 bulan.
b. Budi daya perikanan secara non-rutin
1) Budi daya menjelang hari raya
Pada waktu-waktu tertentu, umpamanya menjelang lebaran, natal, tahun baru, atau hari-hari yang dirayakan secara masal, biasanya permintaan komoditi perikanan meningkat. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pasar pada waktu itu perlu perencanaan budi daya yang tertentu. Untuk budi daya model ini tidak memerlukan banyak kolam, cukup satu kolam yang luasnya sesuai dengan jumlah ikan yang akan dibudidayakan.
Dalam budi daya non-rutin yang terpenting adalah umur panen dari jenis ikan yang akan dibudidayakan. Hal itu penting agar dapat memanen tepat pada waktunya, tidak terlalu cepat atau terialu lambat. Untuk lebih jelasnya lihat contoh budi daya ikan mas (Cyprinus carpio) berikut ini.
Panen ikan mas biasanya 4 - 6 bulan setelah masa pemeliharaan. Oleh karena itu, agar dapat panen tepat waktunya, benih ikan mas ditebar sekitar 4 - 6 bulan sebelum panen.
Misalnya, lahan yang kita miliki seluas 2.000 m2. Sebagian lahan dibuat saluran, bangunan, pematang, dan lain-lain sehingga luas lahan yang efektif untuk kolam pembesaran sekitar 70 % (1.400 m2) saja.
Luasan ini dapat dibuat menjadi beberapa buah kolam untuk mempermudah perawatan dan pemeliharaan, bisa dibagi menjadi 4 - 5 kolam yang berdekatan.
a) Kebutuhan benih
Bila penebarannya padat, rata-rata 5 ekor per m2, maka benih yang dibutuhkan sekitar 7.000 ekor. Jumlah tersebut masih ditambah benih cadangan, sebanyak 20 % sehingga jumlahnya 8.400 ekor. Ukuran benih ikan mas yang siap tebar sekitar 6 - 8 cm.
b) Kebutuhan pupuk
Untuk merangsang pertumbuhan makanan alami di dalam kolam maka diperiukan pupuk kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang : 500 g per m2, berarti jumlah keseluruhan 700 kg.
Urea : 10 g per m2, berarti jumlah keseluruhan 14 kg
TSP : 10 g per m2, berarti jumlah keseluruhan 14 kg
Untuk pemberantasan hama dan penyakit serta untuk memperbaiki pH tanah dan air ditambahkan kapur.
Kapur : 50 g per m2, berarti jumlah keseluruhan 70 kg.
c) Kebutuhan pakan
Selain mendapat makanan alami dari dalam kolam, ikan mas perlu juga mendapat pakan tambahan. Pakan dapat berupa dedak halus, ampas tahu, jagung rebus, sisa-sisa dapur, dan pellet. Pakan diberikan sekitar 5 – 7 % dari berat tubuh ikan per hari. Bila berat ikan rata-rata 50 g maka pakan yang diberikan seluruhnya sekitar 21 - 29,4 kg per hari. Bila berat ikan rata-rata 150 g maka pakan yang diberikan seluruhnya 63 - 88,2 kg.
d) Kebutuhan tenaga kerja
Setiap luasan 500 m2 dibutuhkan satu orang tenaga kerja. Dengan demikian, untuk luasan 2.000 m2 dibutuhkan empat orang tenaga kerja untuk perawatan dan pemeliharaan.
2) Budi daya mengikuti trend
Pada umumnya ikan hias mempunyai masa-masa trend. Pada masa itu harga ikan tersebut akan melonjak dengan sendirinya. Misalnya, beberapa waktu yang lalu ikan arwana sedang "nge-trend", kemudian disusul dengan ikan koi. Masa trend itu tidak menutup kemungkinan untuk jenis ikan yang lain.
Melihat kecenderungan masyarakat untuk beramai-ramai memelihara ikan hias tertentu, memberi peluang untuk mengeruk keuntungan dari budi daya ikan hias yang kira-kira bakal menjadi trend tersebut. Untuk itu, pengetahuan tentang jenis apa yang bakal menjadi trend perlu dimiliki oleh calon pengusaha ikan hias.
Umumnya budi daya ikan hias tidak memeriukan lahan yang luas. Bahkan sckiranya tidak mampu mcngusahakan lahan di tempat lain, halaman pekarangan pun bisa dimanfaatkan, asalkan luasnya mencukupi. Sebagai contoh budi daya ikan maanvis (Pterophyllum scalare).
Lama pemeliharaan maanvis biasanya 6 bulan. Misalkan, ada lahan seluas 100 m2. Lahan tersebut kemudian disekat menjadi bak-bak kecil. Jumlah bak 50 buah dengan ukuran 1,5 x 1 m.
a) Kebutuhan benih
Setiap bak yang berukuran 1,5 x 1 m ditebar benih 50 ekor. Untuk 50 bak diperiukan benih 2.500 ekor. Benih ditambah lagi untuk cadangan sebanyak 10 % sehingga jumlah benih keseluruhan 2.750 ekor.
b) Kebutuhan pakan
Maanvis memerlukan makanan alami. Pakan buatan jarang diberikan Makanan alami tersebut dapat berupa cacing sutera enfusora, rotifera, kutu air, jentik-jentik, dan sebagainya. Banyaknya makanan diukur dalam jumlah takar. Untuk sekali pembesaran maanvis sejumlah 2 500 ekor diperlukan 300 takar. Pembenan makanan cukup sedikit saja per hari karena makanan yang dibutuhkan maanvis memang sedikit.
c) Kebutuhan obat-obatan
Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk maanvis arrtara lain obat merah (mercurochrome) 0,2 %, malachyte green 0,2 %, dan larutan chloramines 1%. Obat-obatan ini digunakan untuk menyembuhkan maanvis dari penyakit akibat serangan jamur Saprolegma seta dan Achlya. Juga, parasit dari protozoa jenis Ichthyopthirus multifiliis, Oodinium limneticum, dan Oodinium pillulans.
d) Kebutuhan tenaga kerja
Untuk budi daya maanvis di lahan seluas 100 m2 cukup digunakan satu orang tenaga kerja setiap hari untuk perawatan dan pemehharaan.
D. Pascapanen
Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, sedang pada waktu yang lain sangat rendah. Tidak heran bila pada saat produksi sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Proses pembusukan ini akan mengakibatkan mundurnya mutu dan turunnya harga ikan. Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang berkecimpung dalam dunia bisnis perikanan.
Untuk mencegah proses pembusukan tersebut, perlu dikembangkan berbagai cara pengawetan dan pengolahan serta cermat agar sebagian besar ikan yang diproduksi dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai penanganan ikan hidup, penanganan ikan segar, pengawetan, dan packing.
1. Penanganan ikan hidup
Ikan hias, ikan tombro, lele, dan gabus akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Oleh karena itu, bila ingin mendapatkan harga yang baik diperlukan usaha penanganan ikan hidup yang benar.
Dalam penanganan ikan hidup ini yang terpenting yaitu cara mengusahakan agar ikan-ikan tersebut sampai ke konsumen masih dalam keadaan hidup, segar, dan sehat. Untuk itu, diperlukan system angkutan yang dapat menjamin ikan dalam keadaan yang sesuai dengan permintaan konsumen.
Dalam pengangkutan ikan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1) Kebutuhan O2
Ikan-ikan yang aktif bergerak dan yang masih kecil sangat membutuhkan O2 lebih banyak. Kandungan O2 dalam air dingin lebih banyak dibandingkan dengan air hangat atau panas. Oleh karena itu, dalam pengangkutan ini sangat baik bila menggunakan air yang bersuhu rendah sesuai dengan habitatnya.
2) Alat untuk mengangkut ikan hendaknya disesuaikan dengan jarak yang ditempuh.
3) Waktu pengangkutan
Pada pagi hari atau sore hari sangat baik untuk mengangkut ikan ke tempat konsumen karena pada saat itu suhu udara tidak terlalu tinggi sehingga ikan masih tetap hidup.
4) Jumlah ikan dalam alat pengangkutan sebaiknya jangan terlalu padat agar tidak kekurangan O2.
2. Penanganan ikan segar
Penanganan ikan segar atau istilahnya handling merupakan salah satu bagian penting dalam mata rantai industri perikanan. Baik buruknya ikan segar akan mempengaruhi mutu ikan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan mentah untuk proses pengolahan lebih lanjut.
Tujuan handling untuk mengusahakan agar kesegaran ikan setelah tertangkap bisa dipertahankan selama mungkin atau menjaga agar produksi ikan setelah sampai di tangan konsumen masih dalam keadaan segar.
Akhir-akhir ini permintaan Jepang untuk ikan segar semakin meningkat, terutama untuk jenis tuna yang dagingnya putih. Jenis ikan tersebut di pasaran Jepang laku keras karena sering digunakan untuk shasimi atau dimakan dalam keadaan mentah. Harga shasimi ini jauh lebih mahal daripada ikan tuna yang diolah dalam kaleng. Untuk memenuhi permintaan Jepang yang semakin meningkat tersebut, diperlukan penanganan ikan segar mulai dari saat ikan tersebut ditangkap sampai ke tangan konsumen.
a. Penanganan ikan segar di kapal-kapal ikan
Handling ikan segar di kapal merupakan langkah pertama yang penting dalam handling ikan selanjutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam handling ikan segar di kapal antara lain sebagai berikut.
o Penyiangan ikan atau dressing
Penyiangan ini dilakukan berdasarkan ukuran badannya. Untuk ikan-ikan kecil yang badannya mudah rusak, seperti lemuru atau kembung, tidak perlu disiangi. Selain itu, juga tergantung pada tindak lanjut pengolahan dan permintaan pasar. Bila akan dikemas dalam kaleng, diolah menjadi fillet, atau dibekukan, ikan tersebut tidak perlu disiangi.
o Pencucian dengan air mengalir
Tujuannya untuk membebaskan ikan dari bakteri pembusuk.
o Pemindahan ikan dalam palka
Dalam hal ini, usahakan jangan sampai ikan tersebut dijatuhkan dari dek agar tidak menimbulkan luka pada kulit ikan. Luka pada kulit ikan mempercepat pembusukan.
o Pendinginan
Untuk menjaga agar ikan tetap segar, dalam penyimpanan perlu diberi hancuran es. Sedapat mungkin es yang dipakai berasal dari air yang bersih agar bebas dari kuman.
b. Penanganan ikan segar di pelabuhan
Handling ikan di pelabuhan juga memerlukan perhatian yang baik karena terdiri dari beberapa pekerjaan. Pertama ikan dibongkar dari kapal, kemudian ditimbang untuk dilelang, dimasukkan lagi ke keranjang bambu atau kotak-kotak dari kayu untuk dipak, dan selanjutnya dikirim ke tempat lain.
Dalam penanganan ini periu memperhatikan hal-hal berikut.
o Usahakan dalam pembongkaran tersebut jangan sampai ada yang luka pada bagian kulitnya karena dapat mempercepat proses pembusukan.
o Untuk menjaga kesegaran ikan perlu ditambah es agar tetap dingin.
o Jangan biarkan ikan-ikan tersebut kena sinar matahari langsung.
c. Pengangkutan ikan segar
Agar ikan segar yang sampai ke tangan konsumen masih dalam keadaan baik maka harus cepat-cepat dibawa ke tempat konsumen. Untuk itu, diperiukan alat pengangkutan yang cepat dan dilengkapi dengan unit pendingin. Fungsi unit pendingin ini untuk memperlambat mencairnya es, caranya dengan jalan menetralisir perembesan panas dari luar ruangan. Unit pendingin ini dapat berupa unit refrigerasi mekanis atau memakai "es kering" (dry ice).
Karena biayanya sangat besar maka penggunaan unit pendingin atau dry ice ini umumnya digunakan untuk pengangkutan dalam jumlah cukup besar. Selain dengan unit pendingin dan dry ice tersebut, akhir-akhir ini untuk pengangkutan ikan dipakai N2 cair. Cara ini memerlukan tangki kontainer untuk menampung N2 cair yang bersuhu - 195°C.
3. Pengawetan
Dasar pengawetan ikan adalah untuk mempertahankan ikan selama mungkin dengan menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme pembusuk. Hampir semua cara pengawetan akan menyebabkan berubahnya sifat-sifat ikan segar, baik itu dalam hal bau, rasa, bentuk, maupun tekstur dagingnya. Berdasarkan caranya, pengawetan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu cara tradisional dan cara modern.
a. Cara tradisional
Cara ini umumnya dilakukan oleh para nelayan dengan memakai alat dan bahan yang sangat sederhana. Cara yang biasa digunakan antara lain pengeringan, pengasapan, penggaraman, dan fermentasi.
1) Pengeringan
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air dalam daging ikan sampai k'egiatan mikroorganisme pembusuk serta enzim yang menyebabkan busuk berhenti. Akibatnya, ikannya dapat disimpan cukup lama sebagai bahan makanan.
Pengeringan ikan ini umumnya disertai dengan penggaraman sehingga ikan kering itu terasa asin. Maksud penggaraman sebelum ikan dikeringkan yaitu untuk menyerap air dari permukaan ikan dan mengawetkannya sebelum tercapai tingkat kekeringan serta dapat menghambat aktivitas mikroorganisme selama proses pengeringan berlangsung. Batas kadar air yang diperlukan dalam tubuh ikan kira-kira 20 – 35 % agar perkembangan mikroorganisme pembusuk bias terhenti.
2) Pengasapan
Tujuan pengasapan dalam pengawetan ikan yaitu untuk mengawetkan dan memberi warna serta rasa keasap-asapan yang khusus pada ikan. Panas dari asap yang tinggi bisa menghentikan aktivitas mikroba pembusuk dan enzim-enzim perusak dalam daging sehingga proses pembusukan dapat dicegah.
3) Penggaraman
Fungsi garam dalam pengawetan ini untuk menyerap air dari dalam daging ikan sehingga aktivitas bakteri akan terhambat. Selain itu, larutan garam juga menyebabkan proses osmose pada sel-sel mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis yang mengakibatkan kurangnya kadar air pada sel bakteri dan akhimya bakteri mati. Umumnya semua jenis ikan dapat diawetkan dengan cara ini. Contoh hasil olahan ikan yang diawetkan dengan cara ini : ikan asin, ikan peda, dan ikan pindang.
4) Fermentasi
Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa-senyawa kompleks yang terdapat di dalam tubuh ikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan tersebut atau dari mikroorganisme dan beriangsung dalam kondisi lingkungan yang terkontrol.
Produk-produk fermentasi ikan tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Ikan peda
Jenis ikan yang dibuat seperti ini antara lain ikan kembung, layang, selar, tanjan, mas, tawes, dan mujair. Ikan peda mempunyai rasa yang khas karena adanya proses fermentasi dan autolisis pada daging ikan yang membentuk asam propionat. Ikan peda yang bermutu baik mempunyai rasa khusus yang sangat disukai oleh konsumen dan dagingnya berwama kecokelat-cokelatan akibat proses oksidasi terhadap lemak yang terdapat dalam tubuh ikan.
b) Terasi (fish paste)
Pembuatan terasi merupakan usaha pemanfaatan ikan atau udang yang berkualitas rendah dengan cara penggaraman melalui proses fermentasi.
c) Kecap ikan (fish sauce)
Ada anggapan bahwa kecap ikan ini berasal dari kecap yang terbuat dari kacang kedelai yang ditambah dengan ekstrak daging. Namun, anggapan tersebut salah karena kecap ikan ini benar-benar dibuat dari sari daging ikan yang sengaja dibuat secara khusus dengan proses fermentasi. Semua jenis ikan dapat dibuat kecap ikan, bahkan ikan yang sudah tidak bemilai ekonomis dan yang berasal dari sisa pengolahan pun dapat digunakan sebagai bahan dasar.
b) Bekasem
Jenis ikan yang bisa digunakan sebagai bekasem yaitu lele, ikan mas, tawes, gabus, nila, dan mujair. Selain garam sebagai bahan pengawet, dalam proses fermentasi pembuatan bakasem ini juga menggunakan nasi sebagai sumber energi/karbohidrat bagi mikroorganisme. Karbohidrat tersebut diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dan berguna sebagai pengawet serta pemberi rasa asam pada produk bekasem.
e) Silase ikan
Prinsip pembuatan silase ikan dengan menurunkan pH ikan agar pertumbuhan maupun perkembangan bakteri pembusuk terhenti. Silase ikan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu unsur yang dicampurkan ke dalam makanan ikan atau makanan temak lainnya. Dengan adanya pengolahan semacam ini, ikan-ikan yang tidak digunakan dapat dimanfaatkan sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
b. Cara modern
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, cara pengawetan ikan juga semakin berkembang. Dalam cara ini, biasanya digunakan alat-alat yang canggih dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Walaupun demikian, mutu hasil pengawetannya juga semakin baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, cara ini biasanya digunakan oleh perusahaan makanan yang mengolah secara besar-besaran untuk dipasarkan.
Pengawetan dengan cara modem ini, biasanya dengan cara pendinginan dan pembekuan (pengawetan dengan suhu rendah), canning, serta fish meal.
Di antara cara-cara mempertahankan kesegaran atau mengawetkan ikan yang paling sempuma dan yang bisa mempertahankan sifat-sifat yang mendekati sifat ikan segar yaitu dengan memakai suhu rendah. Pada suhu di atas 0°, ikan akan membusuk dengan cepat sehingga perlu diawetkan dalam hancuran es atau mendinginkannya untuk beberapa waktu.
Pengawetan dengan suhu rendah meliputi pendinginan dan pembekuan. Kedua cara pengawetan tersebut mempunyai prinsip yang sama, yaitu untuk mengurangi atau menghentikan aktivitas organisme pembusuk.
1) Pendinginan
Pendinginan yaitu proses pengawetan ikan dengan suhu rendah chilling (-1-5°C) dengan tujuan untuk menghambat kegiatan mikroorganisme, proses-proses kimia, dan proses fisis lainnya yang dapat mempengaruhi kesegaran mutu.
Cara yang termudah, praktis, dan tidak membutuhkan biaya besar yaitu dengan menggunakan es batu. Dalam penerapannya sering tidak efisien karena es cepat sekali mencair dengan masuknya suhu udara panas.
Sekarang dalam cara pendinginan sudah banyak digunakan unit pendingin mekanis yang dapat mendinginkan ikan secara lebih meyakinkan sampai pada 0°C. Unit pendingin ini langsung mendinginkan ikan dan mempertahankan suhu 0°C atau sedikit lebih rendah (-2°C) agar es yang dipakai untuk mendinginkannya tidak cepat mencair.
Berkat kemajuan teknologi, ada cara lain untuk mendinginkan ikan tanpa memakai es batu, yaitu sebagai berikut.
a) Menggunakan es kering (dry ice)
Es kering (dry ice) yang digunakan berasal dari kristal CO2. Kristal ini dibiarkan menyublim sambil mengalirkan udara dingin dari kipas angin ke tempat penyimpanan ikan sehingga suhu tubuh ikan akan menurun.
b) Menggunakan larutan garam dingin
Dengan menggunakan campuran garam kristal dan es batu yang mempunyai titik cair jauh di bawah 0° C, suhu tubuh ikan dengan cepat akan menurun. Akibat menggunakan cara ini, ikan menjadi asin serta kadar aimya menurun karena cairan di dalam tubuh ikan akan terserap oleh kristal garam yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi.
c) Menggunakan RSW (refrigerated sea water)
Cara ini banyak dilakukan di kapal penangkap ikan modem. Di dalam kapal terdapat mesin khusus yang dapat mendinginkan air laut sampai mencapai suhu yang diinginkan sehingga ikan dapat direndam di dalamnya.
d) Menggunakan udara dingin
Biasanya dalam pelaksanaannya, udara dingin dikombinasikan dengan es batu. Penggunaan es batu dimaksudkan untuk menurunkan suhu tubuh ikan, sedang aliran udara dingin untuk menjaga agar temperatur di dalam ruang penyimpanan ikan tetap rendah. Dengan cara seperti ini, proses pencairan es batu dapat diperlambat dan penggunaannya lebih hemat.
Selain dengan alat-alat modem seperti di atas, di pasaran sekarang tersedia obat pendingin yang sering digunakan dalam bidang perikanan. Obat tersebut antara lain
o freon atau flourinated hydrocarbons yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama genetron dan mempunyai titik didih -30°C.
o amonia (NH ) yang mempunyai titik didih -33,3°C.
2) Pembekuan
Keuntungan pengawetan dengan proses pembekuan ini antara lain sebagai berikut.
o Dapat mengubah cairan tubuh ikan menjadi kristal-kristal es sehingga kehidupan bakteri akan terganggu dan sulit menyerap makanan.
o Cairan yang terdapat dalam sel bakteri juga dapat membeku sehingga dapat mematikan bakteri pembusuk.
o Keawetan dan kesegaran ikan lebih lama.
o Selain itu, juga dapat menghambat proses pembusukan oleh enzim dan proses oksida lemak oleh O2.
Waktu yang diperiukan dalam proses pembekuan ini berbeda-beda, tergantung pada kecepatan dan suhu yang dicapai. Pada suhu- 55°C sampai - 65°C, semua cairan tubuh ikan telah membeku. Sedangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembekuan yaitu cara perambatan panas, perbedaan suhu awal tubuh ikan dan suhu yang diinginkan, ukuran ikan, dan wadah yang digunakan.
Alat yang biasa digunakan disebut freezer. Jenisnya antara lain sharp freezer, multi plate freezer, air blast freezer, dan brine freezer.
3) Pengalengan ikan (canning)
Pengalengan ikan diartikan sebagai cara pengolahan dan pengawetan ikan yang telah disterilisasi dan dikemas dalam kaleng. Dasar dari pengalengan ikan ini yaitu memanasi ikan dalam kaleng sampai pada suhu dan waktu tertentu agar semua jenis mikroorganisme, seperti jamur, ragi, bakteri, dan enzym bisa mati, sehingga tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Dalam pengawetan cara ini tidak hanya menggunakan kaleng saja untuk mengemasnya, tetapi dapat juga dipakai botol. Sedangkan ikan yang dapat dikalengkan antara lain ikan sardine/lemuru, ikan bandeng, ikan tongkol, dan udang.
Dalam proses pengalengan ikan, diperlukan tahap-tahap tertentu agar produk yang dihasilkan bermutu baik. Tahap-tahap tersebut yaitu :
a) penyediaan dan pemilihan bahan mentah,
b) pengawetan sementara bahan mentah,
c) penyiangan dan pencucian,
d) perlakuan terhadap bahan mentah sebelum dikaleng,
e) pengisian ke dalam kaleng,
f) pengeluaran udara dan penutupan kaleng,
g) penambahan saus,
h) penutupan kaleng,
i) pemanasan atau sterilisasi,
j) pendinginan, serta
k) pemasangan label.
Agar tidak menderita kerugian, bagi orang-orang yang ingin membuka usaha pengalengan ikan harus memperhatikan hal-hal seperti :
a) harga ikan dalam kaleng dan bahan mentah,
b) biaya produksi,
c) tersedianya bahan mentah,
d) pemasaran,
e) nilai gizi ikan kaleng,
f) pengangkutan,
g) penyimpanan, dan
h) persaingan dengan pengusaha lain.
4) Tepung ikan (fish meal)
Tepung ikan merupakan suatu produk padat kering dari sisa-sisa olahan/limbah atau dari kelebihan hasil penangkapan ikan. Untuk mendapatkan tepung ikan dengan jalan mengeluarkan sebagian besar cairan dan lemak yang terkandung di dalam ikan.
Fungsi utama tepung ikan ini sebagai bahan campuran makanan ikan dan temak (seperti ayam dan babi). Berdasarkan hasil penelitian, ikan dapat tumbuh lebih cepat bila dalam makanannya ditambahkan tepung ikan banyak 10 - 40 %. Demikian juga, pertumbuhan dan pertambahan berat ayam dan babi cepat bertambah dengan pemberian tepung ikan. Hal itu disebabkan adanya kandungan protein atau APF (animal protein factor) yang tinggi dalam tepung ikan.
Tepung ikan yang baik dihasilkan oleh ikan yang sedikit mengandung lemak. Adanya lemak membuat tepung ikan juga banyak mengandung lemak. Hal itu merugikan karena oksidasi lemak akan memudahkan tepung ikan menjadi tengik.
Tepung ikan yang bermutu baik mempunyai sifat :
o butir-butirnya agak seragam,
o bebas dari sisa-sisa tulang, mata ikan, dan benda-benda asing,
o berwarna abu-abu kehijauan, serta
o komposisinya : protein : 60 – 70 %
lemak : 6 – 14 %
kadar air : 4 – 12 %
kadar abu : 6 – 18 %.
Usaha pengolahan tepung ikan ini sangat menguntungkan bagi pengusaha ikan karena sisa-sisa ikan yang semula dibuang sekarang dapat dimanfaatkan dan dapat menambah keuntungan. Selain itu, juga dapat menghemat devisa negara karena impor tepung ikan dari negara lain berkurang dan membuka lapangan kerja baru.
Beberapa produk perikanan yang umum dipasaran
4. Packing
Packing dilakukan terutama untuk konsumsi ikan segar. Cara packing hams disesuaikan dengan jarak lokasi usaha ke konsumen. Yang terpenting yaitu mempertahankan keawetan ikan agar sampai di tangan konsumen masih dalam keadaan segar sehingga harganya tidak turun.
Untuk jarak lokasi yang dekat, ikan-ikan segar bisa dimasukkan dalam keranjang bambu yang diberi es. Akan tetapi, untuk jarak jauh biasanya memakai peti atau tong plastik. Akan lebih baik lagi bila dalam packing menggunakan peti dingin (cool box), yaitu peti yang dindingnya mempunyai lapisan isolator.
Sebelum ikan dimasukkan dalam tempat packing tersebut, ikan itu dibersihkan dan diatur sedemikian rupa sehingga es dan ikan tersebut beriapis-lapis. Khusus udang, untuk mencegah timbulnya bercak-bercak hitam, udang yang telah dikupas kulit dan dipotong kepalanya perlu dicelupkan pada larutan natrium bisulfit (NaHSO3) selama 1 menit. Setelah itu, ditiriskan dan dimasukkan dalam peti atau tong plastik yang sudah ada es di dalamnya. Perbandingan berat udang dan es 1 : 1.
sebelum di packing, udang perlu dikupas kulitnya, dipotong kepalanya,
dan dicelupkan dalam larutan NaHSO2 untuk mencegah terjadinya bercak hitam
Untuk ikan-ikan yang sudah diawetkan, biasanya dimasukkan dalam kantong-kantong plastik yang sudah diberi label. Kemudian, dimasukkan dalam dos. Begitu pula dengan ikan-ikan dalam kaleng.
Packing untuk transportasi ikan hias memegang peranan yang sangat penting karena bila packing tidak mendukung, dapat menyebabkan kematian ikan. Untuk itu, pada bulan Mei 1987 Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan, telah mengeluarkan SK No 040/Dagla/KP/V/87 tentang Pedoman kemasan ikan hidup untuk angkutan udara di dalam negeri.
IV. ASPEK PEMASARAN
Apabila seorang pengusaha perikanan hendak melangkah ke usaha produksi,sebaiknya berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Jangan sampai ketika ikan sudah siap dipanen baru memikirkan sasaran pemasaran. Akan dipasarkan kemanakah ikan-ikan tersebut ?.
Pasar sangat penting untuk kelangsungan produksi. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka tidak menjadi masalah. Dengan harga jual yang pas telah dapat menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produk, mau tak mau usaha yang dirintis mengalami kerugian.
Apabila produksi telah berjalan maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh kemampuannya dalam menganalisis dan mengantisipasi pasar. Adakah perubahan dan perkembangan yang terjadi di pasar. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap akan hal ini.
Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh seorang pengusaha perikanan sebelum melangkah ke aspek pemasaran ini. Hal tersebut yaitu sasaran pemasaran, persaingan, dan stategi pemasaran.
o Sasaran pemasaran
Sasaran pemasaran berkaitan erat dengan pemilihan jenis ikan yang akan diproduksi. Siapa konsumen yang dituju ? Berapa besar kira-kira permintaannya ? Apa yang menjadi motif masyarakat membeli ikan ? Cocokkah produksi kita dengan selera masyarakat? Semuanya tergantung pada keadaan sosial konsumen dan daya belinya.
o Persaingan
Persaingan merupakan suatu hal yang wajar dalam bidang usaha. Apalagi di bidang usaha perikanan karena umumnya bidang ini tidak mengenal monopoli. Jadi, semua produksi perikanan bersaing bebas di pasaran. Oleh karena itu, usaha untuk menghadapi dan mengatasi persaingan harus dipikirkan agar produksi kita laku di pasaran.
o Strategi pemasaran
Maksud dari strategi pemasaran yaitu suatu tindakan penyesuaian sebagai reaksi terhadap situasi pasar dengan berdasarkan pertimbangan yang wajar. Tindakan-tindakan yang diambil itu merupakan pendekatan terhadap berbagai faktor, baik dari luar maupun dalam. Faktor luar berdasarkan konsumen yang dituju. Sedangkan faktor dalam berdasarkan produksi yang dihasilkan.
A. Jenis-Jenis Pasar
Pengertian pasar secara luas adalah suatu kondisi di mana pembeli dan penjual dapat berhubungan. Dengan demikian, pasar dapat berarti secara nyata atau abstrak. Yang dimaksud dengan pasar secara nyata yaitu suatu tempat di mana penjual dan pembeli dapat saling bertemu dan mengadakan transaksi.
Sesuai dengan perkembangan zaman maka banyak sekali jenis pasar yang dapat digunakan sebagai tempat menyalurkan produksi perikanan, antara lain pasar umum, tempat pelelangan ikan, pasar swalayan, pasar khusus, dan pasar ekspor.
o Pasar umum yaitu pasar yang menyediakan segala keperluan, meliputi sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Beberapa jenis ikan dijual juga di sini.
o Tempat pelelangan ikan merupakan pusat penampungan dan pelelangan beberapa jenis ikan. Transaksi penjualan biasanya dalam jumlah besar. Umumnya daerah-daerah sentral produksi ikan mempunyai tempat pelelangan tersendiri.
o Pasar swalayan merupakan pasar di mana pembeli memilih dan mengambil sendiri barang-barang yang dikehendaki.
o Pasar khusus merupakan pasar yang menyerap komoditi perikanan tertentu atau beragam secara rutin dalam partai besar. Pasar jenis ini biasanya menghendaki kualitas tertentu. Contoh pasar khusus antara lain hotel, restoran, rumah sakit, industri, dan usaha katering.
o Pasar ekspor merupakan pasar yang melayani permintaan dari luar negeri. Umumnya pengusaha yang bergerak di bidang ekspor disebut eksportir.
Pelelangan ikan merupakan pusat penampungan ikan
Dan jual beli yang berlangsung dalam jumlah banyak
Penyerahan barang dalam transaksi di pasar dapat dilakukan pada saat itu juga (cash trading) atau dilakukan kemudian (future trading). Demikian pula mengenai cara pembayarannya. Uang bisa dibayar langsung atau dibayar kemudian hari.
Umumnya di pasar umum terjadi pembayaran secara langsung pada waktu transaksi pembelian terjadi. Sedangkan pada pasar khusus dan pasar ekspor pembayarannya tergantung dari perjanjian yang dilakukan oleh pengusaha dan pembeli. Begitu juga dengan tempat pelelangan ikan, ada yang mengharuskan pembayaran langsung, tetapi ada juga yang mengizinkan pembayaran kemudian. Di pasar swalayan pembayaran biasanya dilakukan dalam periode tertentu setelah penyerahan barang dilakukan, misalnya per bulan, per minggu, atau menurut perjanjian.
B. Tata Niaga Bisnis Perikanan
Tata niaga merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang menekankan tentang jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.
Tata niaga mempunyai tiga fungsi utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan. Perkembangan lebih lanjut dari ketiga fungsi itu akan dapat memajukan dan memperluas pemasaran komoditi perikanan.
Pengangkutan merupakan fungsi pertama yang diperhatikan dalam distribusi komoditi perikanan. Biasanya kolam, tambak, atau lahan yang dipakai untuk usaha perikanan terletak jauh dari daerah pemasaran. Untuk mempercepat penyampaiannya diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Komoditi perikanan biasanya kurang tahan lama. Untuk itu, agar ikan dapat diterima konsumen dalam keadaan segar maka pengangkutan harus dilakukan secepatnya.
Ada kalanya ikan tidak dapat langsung dipasarkan padahal panen telah dilaksanakan. Hal ini bisa disebabkan sarana pengangkutan belum ada atau mungkin juga karena sebab tertentu. Pada kondisi demikian sangat diperlukan fasilitas dan teknik penyimpanan yang baik untuk mempertahankan mutu ikan tersebut.
Pengolahan ikan juga bisa sangat penting karena ada beberapa komoditi perikanan yang justru lebih disukai dan lebih dikenal setelah diolah dibandingkan pada saat masih segar. Tidak hanya di pasaran dalam negeri komoditi olahan juga banyak yang telah berorientasi ke pasaran luar negeri.
Ada tiga komponen pendukung yang memegang peranan penting dalam sistem distribusi bisnis perikanan. Komponen pendukung itu yaitu konsumen, pengusaha/produsen, dan pedagang atau pengusaha perantara.
Konsumen merupakan pembeli terakhir suatu produksi perikanan. Oleh karenanya, semua riset pasar yang dilakukan pengusaha berorientasi pada konsumen. Contoh riset tersebut yaitu riset mengenai tujuan bisnis yang tertuju untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen yang beragam jenisnya.
Pengusaha/produsen merupakan orang yang menanamkan modal yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Peran pengusaha/produsen ikut serta menentukan keberhasilan dan mutu suatu produk.
Sedangkan pengusaha atau pedagang perantara berperan sebagai penyalur produk atau pelancar distribusi komoditi perikanan. Peranan pengusaha atau pedagang perantara tidaklah dapat dianggap remeh. Selain sebagai penyalur produk, mereka juga menyalurkan informasi dari konsumen ke produsen dan sebaliknya serta meringankan beban produsen dalam mendistribusi produk. Namun sayang, dengan adanya pedagang perantara, harga produk menjadi lebih mahal.
Selain pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer juga dapat berperan sebagai pengusaha perantara. Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan komoditi perikanan dari pengusaha, petani ikan, ataupun nelayan dalam jumlah yang cukup besar untuk dipasarkan kembali ke pedagang lain.
Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli komoditi perikanan dari pedagang pengumpul atau langsung dari produsen/pengusaha untuk dijual kembali. Komoditi itu dijual kembali kepada industri, restoran, konsumen komersial, dan lain-lain yang tidak menjual kembali dalam jumlah yang sama kepada konsumen akhir.
Pedagang pengecer merupakan pedagang yang menjual komoditi perikanan langsung ke tangan konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen dalam partai kecil.
Bagaimana jalannya suatu komoditi hingga sampai ke tangan konsumen ? Ada tiga macam cara distribusi tersebut, yaitu secara langsung, semi-langsung, atau secara tidak langsung.
o Penyaluran langsung
Dengan cara ini produksi perikanan tidak mempergunakan pedagang perantara. Produsen langsung menjual produksinya ke konsumen. Ini sering dilakukan oleh petani ikan dalam skala kecil dan para nelayan.
Produsen —————> Konsumen
o Penyaluran semi-langsung
Di sini pengusaha/produsen menyalurkan hasil prnduksinya ke tangan pedagang eceran. Kemudian, dari tangan pedagang eceran komoditi perikanan disalurkan ke konsumen.
Pengusaha/produsen ——> Pedagang eceran ——> Konsumen
o Penyaluran tidak langsung
Distribusi ini sangat dipengaruhi oleh jarak produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit jalur tata niaga yang harus dilalui.
Pengusaha/produsen —> Pedagang pengumpul -> Pedagang besar -> Pedagang pengecer —> Konsumen Pengusaha/produsen -> Tempat pelelangan ikan -> Pedagang besar -> Pedagang pengecer -> Konsumen Pengusaha/produsen —> Eksportir —> Pasar khusus —> Konsumen Pengusaha/produsen -> Pedagang pengumpul -> Pedagang besar -> Pasar khusus -> Konsumen
V. ASPEK PERMODALAN/KEUANGAN
A. Pentingnya Mengelola Permodalan/Keuangan
Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis, tak terkecuali bisnis perikanan, tentu mengharapkan laba atau keuntungan yang sesuai, tak seorang pun yang berniat merugi. Kerugian berarti kehilangan sebagian modal atau tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk kelangsungan bisnis itu. Sedangkan keuntungan berarti memperoleh kelebihan basil dari modal yang telah ditanamkan (investasi).
Persoalan modal dan keuangan merupakan aspek yang penting dalam kegiatan suatu bisnis. Tanpa memiliki modal, suatu usaha tidak akan dapat berjalan, walaupun syarat-syarat lain untuk mendirikan suatu bisnis sudah dimiliki. Demikian pula, pengetahuan dan keberanian memulai usaha saja tidak cukup.
Bila dilihat dari segi manajemen modem, modal dan keuangan hanya merupakan salah satu aspek fungsional manajemen, di samping pemasaran, produksi, dan aspek personalia atau tenaga kerja. Bila aspek-aspek ini diterapkan secara proporsional akan diperoleh keseimbangan dalam melakukan perencanaan atau tindakan. Dalam praktiknya, soal keuangan lebih diutamakan di hampir setiap pengusaha atau perusahaan.
Pengendalian keuangan haruslah berdasarkan pedoman, perencanaan, dan aturan. Perencanaan keuangan secara terinci baik per tahun, per musim, per bulan, atau per minggu berdasarkan periode waktu tertentu hendaknya dibuat. Semua data mengenai keuangan dimasukkan dalam pembukuan yang teratur dan hendaknya berdisiplin dalam mengisinya.
Sistem keuangan mengatur sirkulasi modal seluruh kegiatan usaha mulai dari investasi dasar sebagai awal mula usaha dan dana untuk modal operasi. Dana untuk modal investasi biasanya digunakan untuk pembelian atau penyewaan lahan, pembuatan kolam atau tambak pembelian benih atau pakan, pendirian bangunan, pembelian alat angkutan, dan lain-lain. Sedangkan bentuk modal operasi merupakan pelancar untuk menjalankan kegiatan usaha sehari-hari atau modal kerja.
Dalam semua bisnis, modal kerja merupakan suatu dana yang mutlak diperiukan untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran usaha. Modal kerja ini berfungsi antara lain :
o menyediaan keuangan yang memadai untuk periode waktu tertentu sesuai dengan besamya kebutuhan (per tahun, per bulan, atau per minggu) dan
o sebagai uang kas untuk pembayaran gaji tenaga kerja, ongkos operasional harian bagian produksi, administrasi, serta keperluan lain yang membutuhkan biaya.
Bila suatu usaha perikanan berskala besar dijalankan, masalah permodalan dan keuangan tidak bisa dikelola seadanya saja. Masalah ini memerlukan keterampilan dan disiplin khusus. Oleh karena itu, kalau seorang pengusaha atau perusahaan merasa belum atau kurang mampu menguasai seluk-beluk keuangan maka sangat dianjurkan untuk mendapatkan tenaga khusus yang menguasai akunting dengan baik atau sedikitnya yang menguasai bond A dan bond B.
Sejumlah penelitian umum mencatat bahwa usaha yang tidak menguasai dan mempraktikkan pengelolaan permodalan dan keuangan dengan semestinya mengalami beberapa kesulitan. Misalnya, kekurangan uang kas, tercekik utang banyak yang tidak sesuai dengan besarnya usaha, kesulitan tagihan (piutang) pada pihak lain, investasi yang tidak pada tempatnya dan dalam jumlah berlebihan, atau bahkan jadi tidak memiliki investasi sedikit pun.
Pengelolaan keuangan yang ketat dan berdisiplin memiliki pembukuan yang teratur. Pembukuan itu harus memuat catatan harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya. Hal-hal penting yang perlu ditekankan dalam pencatatan seperti jumlah hasil produksi, jumlah pembelian, pembayaran tunai, utang, catatan gaji, stok, peralatan, jumlah penjualan, penerimaan tunai, dan asuransi.
Agar catatan itu dapat digunakan sebagai sumber informasi maka pengelolaannya haruslah dengan penuh disiplin. Dengan demikian, dapat dilihat keadaan perusahaan, apakah untung, rugi, atau hanya kembali modal. Dari catatan itu dapat juga diambil suatu kebijaksanaan baru. Misalnya, adanya keuntungan yang berlebih kemudian diinvestasikan ke bidang lain atau bila terjadi kerugian, perlu pembenahan di sebagian/semua sektor.
Prinsip mengelola keuangan yaitu usaha untuk memaksimalkan keuntungan jangka panjang. Sedangkan keuntungan jangka pendek sendiri tidak ada salahnya di dapat untuk menambah melancarkan usaha. Akan tetapi, jika keuntungan jangka pendek yang diperoleh ternyata malah merugikan usaha dalam jangka panjang maka diperlukan tindakan yang bijaksana. Apakah usaha itu hanya mengejar keuntungan jangka pendek ? Ataukah lebih mengutamakan keuntungan jangka panjang ? Jika usahanya memang berorientasi ke jangka waktu yang lama, usaha yang hanya menguntungkan dalam jangka pendek itu harus dilepas untuk menghindari kerugian di masa mendatang.
Bisnis perikanan terdiri dari usaha jangka pendek dan jangka panjang. Kedua usaha itu dapat dipilih salah satu atau keduanya. Usaha yang orientasinya untuk jangka pendek misalnya usaha ikan hias. Dewasa ini telah banyak usahawan yang mencoba-coba melakukan investasi jangka pendek tersebut. Namun, ada usaha yang tidak dapat hanya berorientasi ke jangka pendek saja, bahkan lebih ditekankan keuntungan jangka panjang. Usaha tersebut biasanya yang membutuhkan biaya/modal besar. Misalnya, usaha tambak udang dengan orientasi ekspor yang bila dicoba hanya dengan investasi jangka pendek sama saja dengan membuang modal secara sia-sia.
Perencanaan keuangan yang teratur sangat bermanfaat bagi usaha perikanan untuk mendapatkan sasaran berupa suatu usaha yang sehat dan menguntungkan bagi kelangsungan usaha itu sendiri, juga imbalan untuk tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan pengusaha dan para pelaksananya.
B. Cara Mendapatkan Modal
Setiap manusia, tak terkecuali seorang pengusaha atau perusahaan selalu berusaha agar dapat memenuhi kebutuhannya. Ini sesuai dengan prinsip ekonomi. Dalam konteks di sini kebutuhan yang menyangkut modal atau keuangan. Banyak hal yang membutuhkan modal dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari sampai ke investasi jangka panjang.
Hal yang lumrah dalam bidang usaha bila seseorang mencari bantuan pennodalan untuk memulai usaha atau meningkatkan usaha yang telah dipilihnya.
Salah satu lembaga yang dapat memberikan bantuan keuangan adalah bank. Bantuan tersebut dalam bentuk kredit. Kredit yang diperoleh dari bank inilah yang dapat dimanfaatkan untuk menaikkan volume usaha dan jumlah produksi.
Arti kredit menurut Undang-Undang Dasar Perbankan yaitu penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dan pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga vane telah ditetapkan.
Ada dua macam kredit yang biasa diberikan pihak bank untuk suatu bidang usaha, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi.
1) Kredit modal kerja atau lazim disebut kredit eksploitasi/kredit
Produk diberikan oleh suatu bank untuk membiayai kebutuhan modal kerja suatu usaha sehingga dapat berjalan lancar. Contoh kredit modal kerja yaitu kredit mini modal lancar usaha. Besar kreditnya maksimum Rp 200.000,00. Biasanya kredit ini untuk usaha pertanian semusim, jangka waktu pendek. Pengembalian angsuran bisa mingguan atau bulanan tergantung sifat usahanya. Sedangkan jaminannya berupa barang yang dapat diikat. Bank yang memberikan kredit ini yaitu BRI Unit Desa. Selain itu, ada pula kredit modal kerja permanen. Besarnya maksimum Rp 10.000.000,00. Jangka waktu pengembaliannya maksimum 5 tahun Angsuran dilakukan tiap 3 bulan. Jaminan kredit ini yaitu usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut, bisa juga dengan jaminan tambahan maksimum 50 % dari besarnya kredit. Bank yang memberikan jenis kredit ini antara lain bank-bank umum pemerintah, BPD, BPI, dan bank-bank umum swasta nasional yang telah ditunjuk.
2) Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau panjang
Yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Besamya kredit dibagi empat golongan. Golongan I jumlah kredit maksimum 75 juta rupiah. Golongan II antara 75 - 200 juta rupiah. Golongan III antara 200 - 500 juta rupiah. Golongan IV lebih dari 500 juta rupiah. Setiap pemohon harus membiayai sebagian investasi yang besarnya antara 25 – 50 %. Jangka waktu kredit investasi bank umum pemerintah 10 tahun, sedangkan untuk BPI lamanya 15 tahun. Angsurannya setiap 3 bulan. Jaminannya berupa proyek yang dibiayai atau bisa juga dengan jaminan tambahan maksimum 50 % dari jumlah kredit.
Alternatif lain selain meminjam kredit ke bank adalah kerja sama dengan pihak lain yang berminat dalam bisnis perikanan. Bisa saja seorang pemilik modal bekerja sama dengan pemilik kolam atau tambak dengan perjanjian pembagian keuntungan yang disetujui bersama. Sistem ini telah banyak diterapkan. Keuntungan bagi pemilik modal yaitu ia tak perlu susah-susah memikirkan pembelian lahan. Sedangkan untuk pemilik lahan dapat menarik keuntungan tersendiri atau bisa juga ia ikut menggarapnya.
Untuk memperbesar volume usaha tak jarang dua orang atau lebih pengusaha perikanan bergabung menjadi satu. Keuntungannya, selain modal kerja yang didapat lebih besar untuk memperluas volume usaha, kegiatan untuk memajukan produksi juga lebih intensif karena dipikirkan bersama-sama. Yang tak kalah penting yaitu beban risiko usaha juga menjadi tanggung jawab bersama.
Kerja sama di atas dapat juga dilakukan dengan investor asing (joint venture). Usaha perikanan yang sering dilirik investor asing umumnya yang berskala besar, seperti tambak udang.
VI. ANALISIS USAHA
Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung. Dengan analisis usaha ini, pengusaha membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya.
Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menekan harga jual. Namun, yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara yang pertama, menekan biaya produksi.
Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dari persiapan sampai panen. Termasuk dalam hal ini biaya pembuatan kolam, biaya untuk perawatan sampai hasil pascapanen tersebut terjual.
Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, antara lain biaya pembuatan kolam, sewa lahan, dan biaya pembuatan saluran air. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi, seperti biaya untuk benur, pupuk, pakan, pemberantasan hama, upah tenaga kerja, biaya panen, dan penjualan.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat contoh hasil analisis usaha budi daya udang windu sistem semi-intensif dalam satu keluarga petani dengan 1 ha lahan (Trubus, 1988).
Analisis Usaha Budi Daya Udang Windu Sistem Semi-Intensif
(untuk 1 keluarga petani dengan 1 ha lahan)
Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan investasinya. Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha perikanan ini.
Perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu break event point (BEP) dan return of investment (ROD serta benefit cost ratio (B/C).
A. Break Event Point (BEP)
Break even point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi.
Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu, BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan.
Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel), harga jual, dan tingkat produksi. Selanjutnya BEP bisa dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
Biaya tetap
BEP =
Biaya variabel
1 –
Penjualan
Agar lebih jelas dalam mendapatkan BEP, berikut ini contoh perhitungan BEP yang diperoleh dari data analisis usaha budi daya udang windu di atas.
Biaya tetap/investasi : Rp 4.800.000,00
Biaya variabel : Rp 2.467.500,00
Hasil penjualan per musim : Rp 9.000.000,00
4.800.000
BEP = —————————————
2.467.500
1 - ——————————
9.000.000
= 6.613.087,7
Dari perhitungan tersebut, berarti bahwa dengan pendapatan dari penjualan udang Rp 6.613.087,70, petani tidak akan mendapatkan laba atau menderita kerugian, impas.
B. Return of Invesment (ROI)
Return ofinvesment merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Lalu mengapa perusahaan periu membuat perhitungan ROI ini ? Apa manfaatnya ? Jelas, manfaatnya sangat besar sekali bagi perusahaan. Dengan analisis ROI, perusahaan dapat mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembalikan modal yang telah ditanamnya. Dengan demikian, analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan tersebut.
Pada umumnya, besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh :
o kemampuan pengusaha dalam menghasilkan laba,
o kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal, dan
o penggunaan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan.
o Besamya ROI dapat diperoleh dengan rumus berikut ini.
Laba usaha
ROI =
Modal usaha
Contoh cara menghitung ROI dari data analisis usaha budi daya udang windu di atas adalah sebagai berikut.
Laba usaha per musim : Rp 5.573.000,00
Modal usaha : Rp 7.267.000,00
5.573.000
Besarnya ROI = —————
7.267.000
= 0,77 atau 77 %
Angka tersebut berarti bahwa dari Rp 100,00 modal yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 77,00.
C. Benefit Cost Ratio (B/C)
Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Dengan B/C ini bisa dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1, berarti usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan sehingga perlu pembenahan. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan menderita kerugian.
Fungsi nilai B/C ini sebagai pedoman untukmengetahui seberapa besar suatu jenis ikan harus diproduksi pada musim berikutnya.
Rumus B/C sebagai berikut.
Hasil penjualan
B/C = —————————————
Modal produksi
Dari data analisis usaha budi daya udang windu sistem semi intensif di atas, bisa dihitung nilai B/C.
Hasil penjualan per musim : Rp 9.000.000,00
Modal produksi : Rp 7.267.000,00
9.000.000
Nilai B/C = ———————
7.267.000
= 1,238
Nilai tersebut berarti dengan modal Rp 7.267.000,00 diperoleh hasil penjualan sebesar 1,238 kali.
DAFTAR PUSTAKA
Adrim, M.Cs., Ikan Tambak dan Habitatnya, Proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia (Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, 1988).
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty, Pengawetan dan Pengolahan Ikan (Yogyakarta: Percetakan Kanisius, 1989).
Ahyari, Agus, Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, 1979).
Anonim, "Harga Ikan Konsumsi", Buletin Ekonomi & Keuangan, 27 Maret 1991.
______ , Peluang Penanaman Modal di Sektor Pertanian Jakarta : PT Rasi Asara Sejahtera, 1988).
______ , "Sektor Perikanan belum Terpengaruh Dampak Krisis Teluk", Harian Neraca, 18 Februari 1991.
Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Departemen Pcrdagangan Indonesia, Pemasaran Hortikultura dan Ikan Hias di Luar Negeri (Jakarta: tt).
Burhanuddin, dkk, Suku Scombridae, Tinjauan Mengenal Ikan Tuna, Cakalang, dan Tongkol (Jakarta : Lembaga Oseanologi Nasional, 1984).
Cahyono, Bambang Tri dan Sugiyo Adi, Manajemen Industri Kecil (Yogyakarta: Liberty, 1983).
Ducker, Peter F., Pengantar Manajemen (Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1982).
Lingga, Pinus, Ikan Mas Kolam Air Deras (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 1985).
—————— , "Ini Dia Lele Dumbo", Trubus, Agustus, 1986. Lingga, Pinus dan Heru Susanto, Ikan Was Air Tawar (Jakarta : PT Penebar Swadaya, 1987).
Marbun, Bn., Konsep Manajemen Indonesia (Jakarta : Lembaga Pendidikan Pembinaan Manajemen, 1980).
Moeljanto, R., Penanganan Ikan Segar (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 1982).
—————— , Pendinginan dan Pembekuan Ikan (Jakarta : PT Penebar Swadaya, 1982 ).
—————— , Pengalengan Ikan (Jakarta : PT Penebar Swadaya, 1982).
—————— , Pengasapan dan Fermentasi Ikan (Jakarta : PT Penebar Swadaya, 1982).
—————— , Pengolahan Ikan untuk Indonesia (Jakarta : Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Nelayan Pancasila, 1967).
Mujiman, Ahmad, Makanan Ikan (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 1984).
Mujiman, Ahmad dan S. Rachmatun Suyanto, Budidaya Udang Windu (Jakarta : PT Penebar Swadaya, 1989).
Murtidjo, B. Agus, Tambak AirPayau, Budidaya Udang dan Bandeng (Yogyakarta: Percetakan Kanisius, 1989).
Rachmatun, S. Suyanto, "Analisa Usaha Budidaya Udang Windu Sistem Semi intensif", Info-agribisnis, Trubus, November, 1988.
—————— , Budidaya Ikan Leie (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 1986).
Rukmana, Rahmat, "Budidaya Ikan Mas Untungnya Bagai Menabung Fmas", Sinar Tani, 13 Februari 1991.
S., Budiman dan Sumami, "Leie Dumbo Kembali Cerah di Pasaran " Trubus, Februari 1988.
Soeseno, Slamet, Dasar-dasar Perikanan Umum (Jakarta : CV Yasaguna, 1977).
Soesanto, V., Mengenal Bahan Makanan dari Laut (Jakarta : Departemen Perikanan Pengolahan Laut, 1965).
Susanto, Heru, Budidaya Ikan di Pekarangan (Jakarta : PT Penebar Swadaya, 1987).
______ , ikan Hias Air Laut (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 1989).
______ , Mannvis Oakarta: PT Penebar Swadaya, 1988).
______ , Membuat Kolam Ikan Oakarta: PT Penebar Swadaya, 1986).
Suyanto, Thomas dkk, Dasar-dasar Perkreditan Oakarta: STIE Perbanas & Gramedia, 1990).
PRAKATA
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, konsumsi ikan dari tahun ke tahun terus meningkat. Ditambah lagi tahun-tahun terakhir ini, 'ekspor ikan Indonesia ke luar negeri juga berjalan lancar. Tak pelak lagi dunia usaha perikanan di negara kita menjanjikan masa depan yang cerah bagi para pengusaha.
Beberapa jenis ikan seperti ikan mas, lele dumbo, jenis ikan hias, udang, dan tuna menjadi primadona perikanan. Untuk mendapatkannya, sebagian jenis ikan diperoleh dari hasil budi daya, baik secara intensif maupun non-intensif. Sedangkan jenis yang lainnya masih diperoleh dari hasil tangkapan dari alam.
Banyak orang yang tertarik untuk menekuni bisnis perikanan. Akan tetapi, karena takut risiko kegagalan ditambah dengan pengetahuan bisnis perikanan yang kurang, banyak yang menjadi ragu.
Buku ini disusun sebagai tuntunan untuk usaha di bidang perikanan. Tak peduli apakah Anda seorang yang bcrmodal sedang, bermodal besar, ataupun hanya memiliki sedikit modal, bisnis perikanan bisa dijajaki. Yang penting adalah sikap ulet dan mau bekeria keras menekuni usaha yang Anda pilih.
Harapan kami buku ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Silahkan mempelajari dan kemudian mempratikkannya. Semoga berhasil dan meraih sukses.
Jakarta, September 1993
Penulis
Senin, 17 Mei 2010
Langganan:
Postingan (Atom)